Siapa Target Audien Anda?


Setelah anda memutuskan tujuan SEO-isasi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan siapa target audien situs anda. Tidak masalah apakah situs  tersebut menjual sepatu atau hendak menggalang dana, anda harus menentukan siapa target pengunjungnya.
Biasanya orang menggambarkan target audience secara luas, misal:
  • Seorang developer software pembuat resume/CV misalnya mendefinisikan pengunjung situsnya sebagai orang-orang yang butuh resume yang lebih baik
  • Perusahaan yang menjual peralatan stereo high-end mendefinisikan audien situsnya sebagai para penggemar audio fanatik
Sebetulnya akan lebih sederhana dan lebih berpeluang sukses nantinya kalau menentukan jenis audien yang lebih spesifik, kemudian membangun image dari karakter audien tersebut dan melayani klien dari audien spesifik tersebut. Setelah anda menguasai ceruk pasar yang kecil, anda akan lebih mudah melebarkan sayap dan memperluas fokus. Tapi sebelum anda bisa terbang jauh, semuanya adalah tentang niche, niche, niche, fokus, fokus, dan fokus.
Mbah Urip (sang web developer freelance kita) menceritakan target audien yang ada di benaknya:
“Mbah ini mengincar entrepreneur dan bisnis kecil yang serius mengembangkan usahanya, mereka yang butuh tampil mengesankan dan berkualitas tinggi di dunia maya, yang mana hal tersebut akan membantu pencapaian tujuan bisnisnya. Mbah ingin menarik perhatian orang-orang berselera tinggi dan menghargai kualitas.
Tapi, Mbah juga tahu bagaimana sulitnya orang-orang ini mau merogoh kocek mereka untuk membeli desain web berkualitas, jadi Mbah mau memberikan sesuatu dengan biaya murah agar mereka bisa segera memulai bisnisnya dan Mbah juga ingin mengajarkan mereka cara Mbah membangun situs.
Target Mbah juga adalah orang-orang yang cukup mengerti cara kerja situs. Usia bukan masalah, dan berkat internet Mbah ini bisa punya audien potensil di seluruh dunia. Meski demikian, Mbah akan fokus pada audience berbahasa Inggris saja, karena soal desain dan mendapat klien yang paham web saja sudah cukup sulit, apalagi ditambah hambatan bahasa.”
Sebagai tambahan untuk menarik jenis audien lain, Mbah Urip menggunakan skill-nya dengan menyediakan template situs dan tips web design di situs/blognya. Ini membuat skill Mbah Urip lebih ter-ekspos lagi dan kliennya juga mendapat manfaat tambahan.
Dari contoh di atas, anda melihat bahwa anda harus menggunakan tujuan situs sebagai patokan dalam menggambarkan target audien secara detail – web savvy, English speaking, dan pemahaman dasar tentang web-design. Sayangnya, kita lihat bahwa meskipun tujuan Mbah Urip ini cukup detail, tetap masih kurang terarah, sehingga dia akan kesulitan nantinya dalam bersaing di ceruk pasar (niche) yang sudah kompetitif tersebut.
Jadi apa yang Mbah Urip harus lakukan?
Beliau berpikir lagi tentang tujuan dan target audiennya, kemudian sampai pada kesimpulan bahwa dia akan lebih mem-fokuskan keahlian desainnya pada software ngeblog populer saat ini, WordPress.
Langkah cerdas, karena makin banyak orang yang beralih menggunakan WordPress sebagai platform blogging, kemudian semakin banyak juga perusahaan yang mulai ngeblog sebagai bagian dari strategi pemasaran dan branding. Maka desainer berkualitas seperti Mbah Urip akan selalu dibutuhkan.
Mbah Urip kemudian juga memutuskan bahwa ia akan mengincar komunitas lokal dulu, agar bisa membangun profil dirinya (branding), dan kemudian memanfaatkan profil tersebut sebagai landasan.
Anda tidak harus meniru langkah ‘go local‘ Mbah Urip ini, tapi idenya memang bagus yaitu memberi perhatian pada komunitas sendiri dulu (memilih ceruk pasar yang lebih sempit untuk tahap awal). Biasanya menggarap ceruk lokal jauh lebih mudah karena kondisinya lebih dipahami, kemudian penguasaan ini juga bisa memberi momentum kuat untuk menguasai segmen yang lebih besar di masa yang akan datang.

Subscribe to receive free email updates: